Goa Maria Fatima Sendang Waluya Jatiningsih adalah tempat peribadatan umat Katolik yang berada di Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo. Tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh peziarah dari Ponorogo dan luar Ponorogo bahkan dari luar Jawa Timur. Letaknya yang berada dilereng pegunungan dan dibawah hutan pinus membuat tempat ini sangat nyaman untuk dikunjungi. Sehingga peziarah yang datang ketempat ini merasa betah karena kesejukannya. Di tempat ini juga terdapat sendang (sumber mata air) yang benama Sendang Waluya Jatiningsih. Berikut ini sejarah singkat Gua Goa Maria Fatima Sendang Waluya Jatiningsih
Kisah Gua Maria Fatima di Klepu berawal dari adanya sebuah sumber mata air (belik – bahasa Jawa) yang dibuat oleh keluarga Bapak Tamiran yang tinggal di lingkungan Pondok, Stasi Klepu. Umat di desa Klepu yang mayoritas beragama Katolik dan saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Desa bernama Bapak Albertus Agung. Mereka memiliki kebiasaan untuk berdoa bersama dari rumah ke rumah secara bergantian. Ketika doa bersama sampai di rumah Bapak Tamiran, orang yang hendak ke rumah Pak Tamiran dan melewati belik tadi pasti berhenti sejenak dan menoleh ke belik tadi. Apa sebabnya? Karena oleh penduduk setempat konon tempat ini dianggap sebagai tempat yang angker, yang sakral. Ketika hal ini diketahui oleh Mbah Selan, seorang tokoh di lingkungan Pondok, maka dia mengambil prakarsa mengajak teman-teman yang sudah tua atau uzur usianya untuk berdoa atau tirakatan setiap malam Jumat pukul 24.00 di belik tadi. Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh keluarga-keluarga lainnya.
Pada waktu itu ada kebiasaan di kalangan umat Katolik Stasi Klepu bahwa setiap bulan Mei mereka mengirimkan wakil untuk berziarah ke Sendangsono.
Hal ini kemudian menimbulkan gagasan pada tokoh umat serta umat yang berdiam di sekitar belik tadi untuk mengubah tempat tadi menjadi tempat ziarah dan tempat berdoa seperti Sendangsono di Jawa tengah. Akhirnya disepakati untuk mengusulkan kepada Romo Paroki untuk mengubah belik tadi menjadi sendang dan menempatkan patung Bunda Maria di tempat itu.
Rm. A. Haryopranoto, Pr, pastor paroki St. Maria, Ponorogo saat itu menyetujui gagasan tersebut. Kebetulan pada tahun 1986 Keuskupan Surabaya sedang mencari lokasi tempat ziarah sebagaimana di Sendangsono. Maka kemudian tanah di mana terletak belik tadi dibeli oleh Paroki dan dijadikan tempat ziarah untuk menghormati Bunda Maria dan diresmikan oleh Mgr. A.J. Dibyakaryana, Uskup Surabaya saat itu, dengan nama “Sandang Waluyajatiningsih”, pada tanggal 27 Mei 1988.
Hal ini kemudian menimbulkan gagasan pada tokoh umat serta umat yang berdiam di sekitar belik tadi untuk mengubah tempat tadi menjadi tempat ziarah dan tempat berdoa seperti Sendangsono di Jawa tengah. Akhirnya disepakati untuk mengusulkan kepada Romo Paroki untuk mengubah belik tadi menjadi sendang dan menempatkan patung Bunda Maria di tempat itu.
Rm. A. Haryopranoto, Pr, pastor paroki St. Maria, Ponorogo saat itu menyetujui gagasan tersebut. Kebetulan pada tahun 1986 Keuskupan Surabaya sedang mencari lokasi tempat ziarah sebagaimana di Sendangsono. Maka kemudian tanah di mana terletak belik tadi dibeli oleh Paroki dan dijadikan tempat ziarah untuk menghormati Bunda Maria dan diresmikan oleh Mgr. A.J. Dibyakaryana, Uskup Surabaya saat itu, dengan nama “Sandang Waluyajatiningsih”, pada tanggal 27 Mei 1988.
Selain plaza atau lapangan tempat berdoa bagi umat kemudian juga dibangun jalan salib melingkari jalan yang menuju ke tempat ziarah tersebut, tempat-tempat di mana terletak jalan salib masih di atas tanah milik umat yang dengan sukarela mengijinkan tenah mereka untuk dikurangi sebagai jalan untuk para peziarah dan ditempati jalan salib masih ditempati jalan salib.
Pada awal tahun 2000, tepatnya tanggal 25 Desember 1999, tempat ziarah Sendang Waluya jatiningsih termasuk Gereja Sakramen Mahakudus, Klepu, merupakan salah satu tempat bagi umat di Keuskupan Surabaya untuk mendapatkan anugerah indulgensi selama Yubileum tahun 2000. Tanggal 31 Desember 1999 diadakan misa pembukaan Yubileum tahun 2000 oleh Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta, bersama Romo-Romo dari Kevikepan Regio III. Dengan dinyatakannya sebagai tempat untuk mendapatkan indulgensi, maka jumlah peziarah dari berbagai tempat meningkat, baik di Keuskupan Surabaya maupun dari Keuskupan Malang dan Semarang bahkan juga dari Jakarta.
Pada awal tahun 2000, tepatnya tanggal 25 Desember 1999, tempat ziarah Sendang Waluya jatiningsih termasuk Gereja Sakramen Mahakudus, Klepu, merupakan salah satu tempat bagi umat di Keuskupan Surabaya untuk mendapatkan anugerah indulgensi selama Yubileum tahun 2000. Tanggal 31 Desember 1999 diadakan misa pembukaan Yubileum tahun 2000 oleh Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta, bersama Romo-Romo dari Kevikepan Regio III. Dengan dinyatakannya sebagai tempat untuk mendapatkan indulgensi, maka jumlah peziarah dari berbagai tempat meningkat, baik di Keuskupan Surabaya maupun dari Keuskupan Malang dan Semarang bahkan juga dari Jakarta.
Akses untuk menuju ke tempat ini sudah lumayan bagus namun ada jalan dekat lokasi yang belum diaspal sehingga menyebabkan sedikit kendala. Dari pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo dapat ditempuh dengan menempuh rute Ponorogo-Pulung-Sooko. Sesampainya di Sooko ada petunjuk (rambu) yang menunjukkan tempat tersebut. Di sepanjang perjalanan menuju tempat ini tersaji pemandangan hijau yang membentang luas berupa hutan dan sawah. Dibandingkan dengan tempat ziarah Gua Maria Lourdes Puh Sarang, alam di Klepu, sangat mendukung, sangat indah, di latar belakangi oleh hutan pinus, air sendang yang asli. Kendaraan besar seperti bis tidak bisa menjangkau tempat ini. Tempatnya masih sepi belum banyak pedagang dan kios-kios seperti di Puh Sarang. Parasana yang ada tidak selengkap di Puh Sarang, namun tempat itu punya daya tarik tersendiri dan cocok untuk mereka yang ingin bersusah payah dan mengalami kesulitan kalau berziarah. Kalau dilihat dalam peta, sebagaimana Gua Lourdes Puh Sarang di Prancis dan Gua Maria Fatima di Portugal letaknya tidak terlalu jauh. Dan sebenarnya tempat ziarah Puh Sarang dan Klepu juga tidak terlalu jauh, keduanya masih berada di seputar Gunung Wilis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar