Jumat, 15 Mei 2015

Tegalsari Pencetak Tokoh Terkenal

Terletak di desa Tegalsari Kecamatan Jetis. Masjid ini merupakan peninggalan Kyai Ageng Hasan Besari, seorang ulama besar yang hidup sekitar tahun 1742 pada jaman pemerintahan Sunan Pakubuwono II.




Masjid Tegalsari diperkirakan dibangun sekitar abad XVII oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Pada awalnya ukuran masjid itu masih relatif kecil. Bangunan masjid diperluas lagi oleh cucu Kyai Ageng Hasan Besari, yaitu Kyai Kasan Besari agar menampung jumlah jamaah yang lebih banyak. Kyai inilah yang berhasil mengislamkan masyarakat Ponorogo sampai lereng Gunung Lawu.

Masjid Tegalsari merupakan pusat penyiaran agama Islam terbesar di wilayah Kabupaten Ponorogo. Di masjid itu pula didirikan Pondok Tegalsari yang amat tersohor dan mempunyai ribuan santri, berasal dari seluruh tanah Jawa dan sekitarnya.

Banyak alumni Pondok Tegalsari yang menjadi tokoh masyarakat yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia,antara lain pujangga Jawa R. Ng. Ranggawarsita, tokoh pergerakan Nasional HOS Cokroaminoto, dan sebagainya. Majid dan Pondok Tegasari mempunyai kaitan erat dengan kisah pelarian Sunan Paku Buwono II ke wilayah Ponorogo. Di Pondok inilah Sunan Pakuwuwono II tinggal beberapa hari dan mendapat bimbingan Kyai Ageng Hasan Besari.

Pada saat itu, 30 Juni 1742, Kerajaan Kartasura sedang menghadapi pemberontakan Cina yang dipimpin oleh RM Garendi atau Sunan Kuning. Begitu hebat pemberontakan sehingga Sunan Paku Buwono II terpaksa meninggalkan keraton dan menuju wilayah Ponorogo sampai akhirnya bertemu dengan Kyai Ageng Hasan Besari.Berkat bimbingan Kyai Ageng Hsan Besari, api pemberontakan dapat dipadamkan dan Sunan Paku Buwono II dapat bertahta kembali di Kartasura.

Untuk membalas kebaikan Kyai Ageng Hasan Besari, desa Tegalsari dinyatakan sebagai daerah yang merdeka atau disebut dengan "PERDIKAN” yang bebas dari segala macam kewajiban pajak terhadap kerajaan.

Sepeninggal Kyai Ageng Hasan Besari, kejayaan Pondok Tegalsari tinggal kenangan. Jumlah santrinya kian menyusut. Walaupun demikian , banyak para santri dan anak cucunya yang mengembangkan agama Islam dengan mendirikan Pondok Pesantren di berbagai daerah di seluruh Nusantara. Salah satu yang terbesar adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di wilayah kecamatan Mlarak. Pondok ini didirikan oleh tiga orang cucu Kyai Ageng Hasan Besari.

Masjid dengan arsitektur jawa ini memliki 36 tiang, yang mengandung arti jumlah wali / wali songo (3+6=9) yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dan atap berbentuk kerucut yang mengambarkan Keagungan Allah Swt. Serta didalam masjid ini pula tersimpan kitab yang berumur 400 tahun yang ditulis oleh Ronggo Warsito.
Komplek Masjid Tegalsari terdiri dari tiga bagian yaitu:

* Dalem Gede / kerajaan kecil yang dulunya merupakan pusat pemerintahan
* Sebuah Masjid
* Komplek makam Kyai Ageng Mohamad Besari


Kini Pondok Tegalsari memang masih berdiri namun jumlah santrinya hanya ratusan orang. Walaupun demikian Masjid ini setiap harinya tidak pernah sepi oleh umat khususnya pada hari jumat kliwon dan hari senin kliwon dimana diadakan Digrul Ghifili dan Istigosah. Demikian juga setiap Ramadhan pada malam ganjil Lailatul Qadar, malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam, komplek pondok Tegalsari ini banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah untuk melakukan i’tikaf dengan bersembahyang jamaah tengah malam di Masjid Tegalsari.

Aura Mistis Masjid Tegalsari


Masyarakat Ponorogo sangat menghormati keberadaan Masjid Tegalsari. Mereka percaya bila masjid tersebut didirikan oleh kiai yang amat sakti, Kyai Ageng Hasan Besari dan Kiai Kasan Besari. Kabarnya, tiang masjid yang terbuat dari kayu jati itu didirikan oleh Kyai Kasan Besari dengan menamparkan tangannya. Sampai kini rasa hormat masyarakat terhadap masjid ini masih terlihat dengan jelas. Sepintas Masjid Tegalsari hampir mirip dengan Masjid Agung Demak. Letak pintu dan jendelanya nyaris sama.

Bahkan atap masjid sama-sama terbuat dari kayu jati. Begitu pula dengan tiang masjid yang terbuat dari kayu jati tanpa paku. Pembangunan masjid ini diwarnai dengan cerita mistik dari Kyai Kasan Besari.

Menurut Kyai Samsudin Mustofa, pengasuh pondok pesantren Ki Ageng Mohammad Besari, pembangunan Masjid ini diwarnai dengan sedikit masalah. Konon, tiang yang terbuat dari kayu jati tidak dapat berdiri tegak. Dengan kesaktian yang dimiliki Kiai Kasan Besari, kayu itupun ditampar. Aneh, tiba-tiba kayu itu berdiri yang akhirnya menjadi tiang utama dari Masjid Tegalsari.

Rupanya masalah tak kunjung usai. Salah satu tiang masjid yang berada di pojok tidak dapat ditancapkan ke tiang yang lain. Pasalnya, tiang itu kurang tajam ujungnya. Lagi-lagi dengan kesaktian yang dimiliki Kyai Kasan Besari mengurut kayu itu hingga ujung tiang menjadi lancip. Alhasil, tiang itupun dapat ditancapkan lagi ke tiang utama tanpa memakai paku. Suatu mukjizat yang sangat nyata, sebuah Masjid Besar yang di buat tanpa memakai sebuah paku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar