Minggu, 17 Mei 2015

Gunung Bhayangkaki



Mungkin banyak dari kita baru mendengar nama Gunung Bayangkaki. Ya, itu wajar karena gunung ini bukanlah gunung berapi, bukan juga gunung yang besar dan terkenal. Gunung ini hanya sebuah gunung kecil yang berada di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur tepatnya berada di Desa Temon Kecamatan Sawoo. Namun menurut kepercayaan masyarakat setempat gunung ini memiliki cerita asal mula dinamakan Gunung Bayangkaki. selain itu di gunung ini masih ada mitos-mitos yang masih dipercayai sampai saat ini.

 *****

Bayangkaki adalah gunung yang tidak aktif yang terletak di Desa Temon, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Gunung ini memiliki keindahan alam yang luar biasa sekaligus menyimpan mitos-mitos yang berbau mistis yang masih dipercaya hingga sekarang. Bayangkaki terdiri dari empat puncak. Urutan puncak jika dilihat dari sebelah utara adalah sebagai berikut, paling timur bernama puncak atau gunung Ijo, puncak yang kedua bernama puncak atau Gunung Tuo, yang nomor tiga bernama Puncak Tumpak atau Puncak Bayangkaki kemudian yang ujung barat dinamakan puncak atau gunung Gentong. Tapi kebanyakan orang tidak tahu nama keempat puncak tersebut, yang mereka tahu hanyalah Gunung Bayangkaki. Keempat puncak tersebut  memiliki keindahan alam yang luar biasa. Di balik indahnya alam dan kokohnya batu-batu besar yang menjulang tersebut, Bayangkaki memiliki keunikan – keunikan dan masih diselimuti dengan hal-hal dan sekaligus mitos yang terus berkembang dalam masyarakat sampai sekarang.
Gunung Genthong ini terletak paling barat ( jika dilihat dari utara ), gunung ini merupakan gunung batu dengan puncak yang tidak rata (melengkung). Kalau dicermati bentuk gunung ini hampir mirip dengan kepala kera raksasa. Di puncak gunung ini tidak ada tumbuhan besar yang hidup, yang ada hanya rumput. Mitos yang berkembang dalam masyarakat dengan Gunung Genthong ini adalah ketika puncak ini sudah terbakar berarti musim penghujan akan segera tiba. Mitos ini sudah berkembang sejak jaman nenek moyang dulu, hingga sekarang kepercayaan tersebut masih berkembang. Menurut kepercayaan masyarakat yang membakar puncak ini bukanlah manusia. Entah apa dan siapa yang membakar puncak tersebut tidak ada yang tahu. Kapan waktu terbakarnya pun orang tidak tahu. Tiba-tiba saja gunung tersebut sudah hangus. Walau tidak terjadi kemarau panjang dan rumput diatas puncak masih hijau, ketika musim penghujan akan tiba gunung ini pasti terbakar. Mitos ini dimanfaatkan masyarakat sekitar, ketika mengetahui puncak gunung ini sudah gosong karena terbakar, mereka segera berbenah mempersiapkan peralatan dan perlengkapan bercocok tanam.
Selain itu mitos yang berkembang, jikalau hutan yang ada di bayangkaki dibuka atau dikelola menjadi lahan produktif walau cuma satu jengkal, mitosnya akan keluar hama tikus yang menyerang lahan pertanian disebelah timur gunung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar